• Jum. Des 19th, 2025

Hukum Tumpul di Suhaid, Sungai Kapuas Jadi Korban Pembiaran

ByAdmin Jejak Kalbar

Nov 6, 2025

 Kapuas hulu, jejakkalbar.web.id, 6 November 2025 — Sungai Kapuas yang dulu menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Barat kini menjerit dalam diam. Di wilayah Semitau Hilir – Nanga Suhaid, ratusan lanting tambang emas tanpa izin (PETI) berjejer rapat di atas air. Pemandangan ini bukan sekadar mengganggu keindahan, tapi juga menjadi bukti nyata bahwa hukum seolah tak lagi punya wibawa di tanah air sendiri.

 

“Kami warga asli Kalbar hidup dari sungai ini! Dulu airnya jernih, ikan banyak, sekarang semua rusak dan beracun,” ujar seorang warga saat ditemui di lokasi. Ia mengaku setiap hari mendengar deru mesin sedot emas yang beroperasi terang-terangan di siang hari, tanpa rasa takut sedikit pun terhadap aparat.

 

Warga menilai alasan “mencari makan” yang sering diucapkan pelaku PETI hanyalah alasan klise untuk menutupi bisnis besar. “Bangun satu lanting saja butuh puluhan bahkan ratusan juta rupiah, itu bukan rakyat kecil, itu modal besar. Jangan lagi bersembunyi di balik kata cari makan!” tegas warga lain dengan nada kesal.

 

Kemarahan juga datang dari kalangan ibu-ibu yang sudah muak dengan pembiaran. “APH jangan hanya seremoni! Setelah viral baru razia, tapi katanya tidak ditemukan apa-apa. Itu lagu lama! Seolah kami ini buta sampai penglihatan kami dianggap salah,” ujar seorang ibu dengan wajah geram. Ia menyebut warga sudah lelah melihat hukum yang tumpul dan tak berpihak pada rakyat.

 

Padahal, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Minerba jelas melarang aktivitas tambang tanpa izin. Namun kenyataannya, suara mesin PETI terus mengaum setiap hari di atas Sungai Kapuas, menandakan hukum di Suhaid hanya menjadi simbol tanpa tindakan nyata.

 

Warga berharap penegakan hukum tidak hanya berhenti pada rapat dan laporan di atas meja. Mereka menuntut tindakan tegas, bukan basa-basi. “Kalau hukum cuma berani ke rakyat kecil tapi takut sama pelaku besar, maka jangan harap alam mau bersahabat lagi,” ungkap warga lainnya dengan nada getir.

 

Kini, Sungai Kapuas berada di ambang kehancuran. Airnya berubah warna, ikan menghilang, dan kehidupan di sekitarnya perlahan mati. “Kalau kita bisa jaga alam, alam akan jaga kita. Tapi kalau terus dibiarkan rusak, alam akan membalas — dan balasannya tidak pandang siapa pun,” pungkas warga penuh peringatan.

Penulis; Johandi 

Need Help?
Exit mobile version