Kubu Raya, JejakKalbar.web.id – Di balik kelangkaan solar bersubsidi yang menghantui Kalimantan Barat, tercium bau permainan kotor. Para sopir truk akhirnya bersuara. Mereka bukan sekadar mengeluh, tapi melawan—menantang kuatnya cengkeraman mafia migas yang diduga bermain di balik layar SPBU.
Ratusan sopir truk memadati Bundaran Tugu Alianyang, Sungai Ambawang, Kamis (16/10/2025). Mesin-mesin truk mereka sengaja dimatikan, simbol bahwa kerja mereka terhenti karena bahan bakar langka. Spanduk besar bertuliskan “Solar untuk Rakyat, Bukan untuk Mafia” terbentang lebar di tengah jalan.
Aksi itu bukan spontan. Sudah berbulan-bulan para sopir merasakan sulitnya mendapatkan solar. “Kami antre dari jam tiga subuh, tapi yang kebagian justru mobil tangki kecil yang bolak-balik isi solar. Jelas bukan sopir biasa,” kata seorang sopir yang ditemui di lokasi.
Koordinator aksi, Daeng Ali, menegaskan dugaan kuat adanya jaringan pelangsir yang bekerja sama dengan oknum SPBU. “Mafia migas ini bukan main-main. Mereka punya orang dalam, punya sistem. Kami yang kerja jujur malah dipinggirkan,” ujarnya tegas.
Tak lama setelah aksi dimulai, perwakilan sopir diterima berdialog di Kafe Kiss, Jalan Trans Kalimantan, bersama Wakil Gubernur Kalbar Krisantus Kurniawan, Sekda Provinsi Harisson, dan Pertamina Patra Niaga Kalbar. Dalam pertemuan itu, sopir meminta pemerintah membersihkan SPBU nakal dan memutus rantai mafia BBM.
“Kami minta audit SPBU yang sering kosong pagi hari tapi penuh malam. Itu aneh. Kalau Pertamina tegas, pasti ketahuan siapa yang main,” kata salah satu perwakilan sopir.
Pihak Pertamina melalui Aris Ilmi mengaku sudah menindak dua SPBU yang terbukti menyalurkan solar tidak sesuai aturan. “Kami tindak tegas, kuotanya kami cabut. Laporan masyarakat seperti ini sangat penting,” ujarnya.
Wakil Gubernur Krisantus Kurniawan menegaskan tidak akan menutup mata. Ia memberi tenggat satu bulan bagi Pertamina dan dinas terkait untuk memperbaiki sistem distribusi BBM bersubsidi. “Kalau masih ada permainan, kita buka semua datanya. Jangan biarkan mafia migas atur harga dan aliran solar rakyat,” katanya.
Menjelang sore, satu per satu truk meninggalkan bundaran. Tapi pesan mereka tertinggal jelas: “Kami rakyat kecil, bukan pelangsir. Kami cuma mau solar untuk kerja, bukan untuk dijual ulang.” Suara mereka kini menggema di Kalimantan Barat—menembus tembok permainan mafia migas yang sudah terlalu lama bersembunyi di balik pompa bensin.
Kubu Raya, Kalimantan Barat – 16 Oktober 2025
Reporter: Johandi
Editor: Redaksi JejakKalbar.web.id
Rubrik: Investigasi Rakyat – Migas, SPBU, dan Mafia Solar
