• Jum. Des 19th, 2025

Siang Hari, Tambang Ilegal Bebas Beroperasi — Apakah Sungai Kapuas Sudah Dibeli?

ByAdmin Jejak Kalbar

Okt 22, 2025

SANGGAU jejakkalbar.web.id, KALIMANTAN BARAT —
Pantauan tim media di lapangan memperlihatkan deretan lanting dan mesin tambang emas ilegal (PETI) berjejer di aliran Sungai Kapuas, tepatnya di wilayah Dusun Empanan, Desa Samarangkai, Kabupaten Sanggau. Aktivitas tambang itu terlihat terang-terangan di siang bolong, seolah hukum hanya menjadi pajangan.

Warga sekitar mengaku muak dengan kondisi tersebut. “Sungai Kapuas seperti sudah dibeli lanting PETI,” kata seorang warga yang meminta identitasnya dirahasiakan. Menurutnya, suara masyarakat sudah sering disampaikan, tetapi tidak pernah ditanggapi serius oleh pihak berwenang.

Kegiatan tambang ilegal itu bukan hanya merusak lingkungan, tetapi juga merugikan negara. Lumpur dan limbah dari proses penyaringan emas membuat air sungai keruh, bahkan warga di sekitar terpaksa membeli air bersih untuk kebutuhan harian. “Kami bayar air, sementara pelaku PETI bebas mencemari sungai,” ucap warga lainnya dengan nada kecewa.

Ironisnya, aktivitas itu tetap berjalan meski aparat penegak hukum berkali-kali menyatakan akan menindak tambang ilegal. Namun, di lapangan justru sebaliknya — para pekerja PETI terlihat santai, bahkan tertawa saat melihat kamera wartawan. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar, apakah aparat benar-benar tidak tahu, atau sengaja tutup mata?

Dari hasil penelusuran, tambang emas ilegal di kawasan tersebut diduga kuat dikendalikan oleh seseorang berinisial AF. Beberapa sumber menyebut AF merupakan pemilik beberapa lanting aktif yang beroperasi setiap hari di sepanjang Sungai Kapuas wilayah Samarangkai.

Warga menduga ada permainan antara oknum aparat dan pemilik PETI, sebab aktivitas itu berlangsung lama tanpa ada tindakan tegas. “Kalau masyarakat biasa salah sedikit saja langsung ditangkap, tapi kalau soal tambang, kok bisa dibiarkan,” ujar warga yang kesal melihat ketidakadilan tersebut.

Kerusakan lingkungan sudah mulai terasa. Air sungai berubah warna, ikan mulai sulit didapat, dan tanah di sekitar bantaran sungai tampak rusak akibat lumpur tambang. Padahal Sungai Kapuas merupakan sumber air utama bagi ribuan warga di Kabupaten Sanggau dan sekitarnya.

Masyarakat kini berharap pemerintah dan aparat benar-benar bertindak, bukan sekadar janji di atas kertas. Jika dibiarkan, Sungai Kapuas bukan lagi milik rakyat, melainkan milik lanting-lanting PETI yang beroperasi sesuka hati. Suara rakyat terus bergema, tapi seolah hanya jadi gema di telinga hukum yang tuli.

[JNd]

Need Help?
Exit mobile version